ひとりワンルーム

This is my life

Beberapa hari terakhir ini, saya dan adik saya mengobrol dengan intens soal produk perawatan wajah.

Singkat cerita, saya ini sudah memasuki umur 30-an. Di umur 20-an, saya sama sekali tak peduli soal merawat tubuh saya sendiri. Bagaimana kepikiran merawat diri, perasaan saya tiap hari diliputi depresi terus, apalagi ingat soal merawat wajah.

Lalu suatu ketika di minggu lalu, sehabis mandi, saya melihat diri saya sendiri yang terlihat makin tua. Mulai terlihat kerutan halus di wajah, pori-pori wajah yang besar, kantung mata yang hitam dan besar, dan wajah yang kusam. Saya pun lalu curhat ke adik saya, karena di antara semua anggota keluarga, adik saya termasuk yang jaga penampilan wajah.

Mengobrol dengan adik saya, saya baru tahu kalau pilih produk perawatan wajah tak bisa sembarangan. Beli yang sesuai dengan kondisi wajah, dan jangan pakai berlebihan agar tidak menimbulkan efek samping. Adik hanya menyarankan untuk pakai gentle cleanser, moisturizer, face wash, dan sunscreen saja. Tidak lebih dari itu. Saya pun kemudian membeli barang yang ingin saya pakai satu per satu.

Sampai saat ini, saya belum membeli kesemuanya karena kurangnya dana (ternyata produk perawatan wajah mahal juga, ya). Jika semuanya telah saya beli, saya akan coba tulis lagi di sini.

Sekian.

#Note

Poster film Insomniacs After School (2023).

⚠️ Warning: mengandung spoiler film.

Film ini menceritakan seorang Ganta Nanami (yang diperankan oleh Daiken Okudaira), yang menderita insomnia, mencoba untuk tidur siang di observatorium astronomi sekolahnya yang berada dalam kondisi terbengkalai. Di sana ia bertemu dengan seorang gadis periang bernama Isaki Magari (yang diperankan oleh Nana Mori) yang ternyata memiliki masalah yang sama. Keduanya lalu menjalin persahabatan serta membangun kembali klub astronomi yang sudah lama tak aktif.

Sepanjang film, saya selalu terpikir untuk membandingkannya dengan anime. Hal yang paling terasa sekali buat saya adalah love language antara mereka berdua yang awalnya canggung sampai saling suka tak begitu terasa dibandingkan dengan anime-nya. Padahal gestur-gestur kecil antara mereka berdualah yang saya tunggu-tunggu di film ini. Walau demikian, film ini berhasil merangkum satu season anime dalam film berdurasi hampir dua jam ini dengan baik. Pemilihan aktor dan aktris buat saya juga pas, terutama Magari yang diperankan oleh Nana Mori.

Bulan depan, film ini akan diputar di beberapa bioskop CGV di Indonesia. Buat kalian yang ingin menonton film persahabatan dan romansa ringan, film ini bisa menjadi pilihan.

Sedikit catatan dari saya: tonton film ini sampai akhir (termasuk bagian credit).

Sekian dan terima kasih banyak sudah membaca!

#Movie #Review

Halo! Apa kabar?

Semoga kalian baik-baik saja.

Di hari Sabtu (5/10) lalu, saya mengunjungi event Kira Kira Art Market edisi ketiga. Seperti event Artket yang saya datangi bulan lalu, di event ini artist dan illustrator berkumpul dan menjual merchandise yang mereka buat, seperti stiker, gantungan kunci, hingga topi dan t-shirt. Event Kira Kira Art Market atau KKAM edisi kali ini diadakan pada tanggal 5-6 Oktober 2024 di Hermina Grand Ballroom, Kemayoran, Jakarta.

Untuk ke sana, saya naik TransJakarta koridor 12 dan turun di halte Landasan Pacu. Dari situ, saya sambung naik ojek online menuju Hermina Grand Ballroom dengan tarif 12 ribu Rupiah.

Saya datang agak pagi karena saya mengejar freebies dari salah satu booth. Sesampainya di gedung tujuan, saya sempat kebingungan karena tak ada satupun volunteer yang memberitahu lift bagian mana yang bisa saya naiki. Setelah bertanya kepada satpam, barulah saya bisa naik ke lantai 26, tempat diadakannya KKAM.

Sesampainya di lantai tujuan, saya langsung terkesima dengan banyaknya booth yang menjual makanan dan minuman yang berjejer dengan rapih sekali serta aroma makanannya yang membuat lapar. Pemandangan dari lantai 26 juga tak kalah bagusnya. Di KKAM kali ini, terdapat dua area, yaitu area luar yang menjual makanan dan minuman, ticketing, dan booth stamp rally, serta area dalam yang menjual pernak-pernik seperti stiker, gantungan kunci, dan lainnya. Tidak ada biaya yang dikeluarkan jika hanya lewat di area luar, alias gratis. Namun, untuk masuk ke area dalam, setiap pengunjung dikenakan tarif 20 ribu Rupiah, dan setelah membayar pengunjung diberikan gelang berwarna coklat (kalau tak salah, di hari Sabtu pengunjung diberikan gelang berwarna coklat tua dan di hari minggu diberikan gelang berwarna coklat muda).

guide map kira kira art market

Denah Kira Kira Art Market 03.

Setelah bayar tiket masuk dan diberikan gelang, saatnya antri. Dari antrian, terlihat bahwa mayoritas pengunjung yang datang adalah wanita.

Tepat pukul 10, pintu ballroom pun dibuka. Kesan pertama saya saat berada di dalam ballroom adalah ruanganya yang cukup dingin, wajar karena masih sedikit orang yang datang. Lalu, booth yang ada di KKAM kelihatannya tak sebanyak di Artket 03 lalu.

Setelah berada di dalam ruangan ballroom, saya pun langsung mengambil freebies yang saya inginkan. Setelah dapat, saya pun berkeliling dan memperhatikan satu per satu booth yang ada. Begitu saya menemukan booth yang menarik perhatian, saya pun memilih-milih apa yang saya inginkan, lalu membelinya. Setelah membeli, saya pun lanjut berkeliling. Begitu seterusnya, hingga saya tersadar saya sudah berputar mengelilingi ballroom sebanyak tiga kali.

kkam-2

kkam-3

kkam-4

kkam-5

kkam-6

Beberapa foto pernak-pernik yang ada di Kira Kira Art Market 03.

Tak seperti Artket 03 lalu, di event KKAM 03 ini saya tak membeli banyak merchandise (karena keuangan menipis). Saya menghabiskan sekitar 200 ribu Rupiah untuk berbelanja di KKAM kali ini.

gelang kira kira art market

Gelang Kira Kira Art Market 03 pada hari Sabtu (5/10).

Saya cukup senang dengan acara KKAM kali ini. Acaranya tertata dengan rapih sekali (minus minimnya informasi saat di lantai dasar). Namun, apakah saya puas berbelanja di Kira Kira Art Market kali ini? Saya merasa tidak begitu puas karena tidak bisa belanja banyak kali ini. Semoga di KKAM edisi berikutnya saya bisa belanja lebih banyak.

Sekian dan terima kasih sudah membaca.

#Note #KKAM

Hari ini, stiker Suica Tunaca yang saya pesan akhirnya sampai juga!

Tanpa pikir panjang, saya pun langsung buka bungkusnya dan pasang di kartu Flazz saya.

Kartu pembayaran elektronik dengan stiker Tunaca

Karena saya payah sekali pasang stiker, hasilnya jadi tak sempurna. Terdapat gelembung kecil serta kerutan pada stikernya. Yasudahlah, tak apa, yang penting masih terlihat lucu.

Terima kasih banyak, @lunaquete buat stikernya!

#Note

Halo! Apa kabar?

Semoga kalian baik-baik saja.

Di minggu kemarin, event yang saya datangi adalah Jak-Japan Matsuri edisi 2024, yang diadakan di Parkir Timur GBK Senayan, Jakarta. Event ini diadakan dua hari, di tanggal 14 dan 15 September 2024. Saya datang di hari kedua, tanggal 15 September di hari Minggu.

Terakhir kali saya ke event Jak-Japan Matsuri itu kalau tidak salah hampir 10 tahun yang lalu, kira-kira di tahun 2015. Tempatnya juga sama, di area Parkir Timur GBK Senayan. Hanya saja, kali ini saya pergi sendirian, tanpa teman.

Saya pergi ke Jak-Japan Matsuri dengan menaiki TransJakarta koridor 1 (arah Blok M), dan turun di halte Gelora Bung Karno. Dari situ, saya berjalan kaki melewati lapangan softball (yang punya pemandangan gedung pencakar langit Jakarta yang ciamik) dan Istora Senayan, sampai Parkir Timur (seandainya GBK ada Shuttle Bus dengan rute keliling kompleks...).

lalu, adakah yang berbeda Jak-Japan Matsuri yang saya datangi di tahun 2015 lalu dengan sekarang?

Pertama, hal signifikan yang saya rasakan dari event JJM kali ini adalah metode pembelian tiket masuk dengan non-cash, yaitu dengan menggunakan QRIS, kartu debit/kredit dari bank dalam negeri, serta kartu kredit keluaran luar negeri. Pengunjung tidak bisa membayar secara cash. Harga tiket masuk JJM edisi kali ini sebesar 51.100 Rupiah. Tak hanya metode pembayarannya yang non-cash, tiketnya pun juga berupa fail pdf yang dikirimkan ke email si pengunjung. Kalau yang kehabisan paket data sehingga tak bisa mengakses internet atau tak membawa kartu debit, bagaimana? Entahlah, mungkin bisa menumpang pengunjung lain.

Kedua, saya sudah tak ingat pasti JJM edisi saat tahun 2015 seperti apa, namun di edisi kali ini booth yang mempromosikan prefektur-prefektur di Jepang cukup banyak. Bisa jadi karena turis Indonesia yang pergi ke Jepang cukup banyak saat ini, jadi mereka ingin memperkenalkan prefektur-prefektur yang ada di Jepang kepada pengunjung. Mungkin ada sekitar 10 sampai 15 prefektur yang berpartisipasi di JJM kali ini. Saya mengunjungi kesemua booth-nya dan mengobrol dengan mereka dalam bahasa Jepang (dan sesekali bahasa Inggris). Saya mendapatkan banyak bingkisan, seperti stiker, brosur, hingga note memo.

JJM-1

Panggung Jak-Japan Matsuri 2024.

Di Jak-Japan Matsuri kali ini, selain mengunjungi booth promosi prefektur di Jepang, saya pun mengunjungi booth makanan dan minuman khas Jepang, serta menikmati acara musik. Yang saya ingat adalah di siang hari ada show yang dibawakan oleh IND48, dance cover pria untuk 48-grup di Indonesia. Asli, saya baru tahu ada grup ini. Lagu-lagu yang dibawakan mereka tentunya lagu-lagu dari JKT48. Yang menarik lagi, yang di atas panggung adalah IND48, namun suara vokal yang digunakan adalah suara vokal JKT48.

Cuaca pada hari kedua JJM cukup cerah dan panas. Sudah membeli lime juice dan takoyaki sekalipun tak bisa menghilangkan rasa lapar dan haus sama sekali. Pakai kipas (aka uchiwa) yang diberikan di pintu masuk pun masih terasa panas juga. Alhasil, pada pukul 14-15 saya pun meninggalkan acara. Saya hanya bertahan 3-4 jam di sana.

JJM-kipas

Kipas yang diberikan di Jak-Japan Matsuri edisi 2024.

JJM-lime juice dan takoyaki

Lime Juice dan Takoyaki yang saya pesan.

Apakah JJM kali ini menyenangkan? Yah, lumayan menyenangkan. Saya bisa kulineran serta mengobrol dengan para ekspat Jepang dengan menggunakan bahasa Jepang dan mengobrol banyak hal. Semoga Jak-Japan Matsuri tahun depan bisa lebih baik lagi.

Sekian.

#Note #JJM

Teruntuk para kreator dan artist,

Terima kasih banyak atas kebaikan kalian serta merchandise-merchandise yang kalian buat dan begitu menarik perhatian di Artket 03 kemarin.

Terima kasih banyak!

Sekadar saran untuk para kreator atau artist, kalau tidak merepotkan, bolehkah untuk acara-acara ke depannya kalian menaruh kartu nama kalian, atau setidaknya hal kecil seperti stiker atau stempel di kantong atau amplop belanjaan seperti ini?

Artket kartu nama

Artket stiker

Artket stempel kantong

Saya sangat senang sekali bisa dapat printilan kecil seperti ini. Saya jadi tahu kalian dan juga bisa follow kalian di sosial media dan melihat karya-karya kalian. Bahkan, hal sekecil ini bisa membuat saya menjadi pelanggan tetap kalian.

Buat kalian yang memberikan ini di belanjaan saya, terima kasih banyak!

Sampai ketemu lagi di acara berikutnya.

#Note #Artket

Halo! Apa kabar?

Semoga kalian baik-baik saja.

Di minggu ini, saya mengunjungi event bernama Artket (Art & Illustration Market). Seperti namanya, di event ini, puluhan, bahkan ratusan kreator atau artist berkumpul dan menjual merchandise atau karya-karya original mereka seperti stiker, pin, hingga poster dan pakaian. Event Artket kali ini adalah Artket edisi ketiga, dan diadakan di Brickhall at Fatmawati City Center

Ini kali pertama saya datang ke Artket.

Pengalaman saya ke event sejenis ini adalah Comifuro, itupun saat sebelum pandemi (circa 2018), jadi saya penasaran seperti apa event ini diadakan setelah pandemi. Rasa penasaran saya makin bertambah ketika melihat-lihat akun Instagram @artket.id yang mem-posting karya-karya apa saja yang akan dijual di Artket sejak bulan lalu, dan ternyata banyak yang menarik. Saking banyak yang menarik perhatian, saya pun sampai buat list apa saja yang harus saya beli di Artket kali ini.

Lalu, hari Artket pun tiba. Artket edisi kali ini diadakan dua hari, yaitu di tanggal 7 dan 8 September 2024. Saya datang di hari kedua (8 September), di hari Minggu.

Untuk ke sana, saya naik TransJakarta koridor 6A (atau 6B. Koridor 6 juga bisa) dan turun di halte Simpang Ragunan. Dari situ, saya sambung naik ojek online menuju Brickhall Fatmawati dengan tarif 10 ribu Rupiah.

Karena saya datang agak siang, jadi hampir tak ada antrian saat di depan pintu masuk (lucky!). Setiap pengunjung Artket yang ingin masuk dikenakan tarif sebesar 20 ribu Rupiah, dan setelah membayar pengunjung akan diberikan gelang Artket berwarna biru.

Artket-03

Papan Artket 03 di depan pintu masuk.

Setelah bayar tiket masuk dan diberikan gelang, saatnya masuk.

Kesan awal saya sesaat setelah masuk ke dalam Brickhall adalah suhu ruangannya yang nyaman. Tak panas, namun tak terlalu dingin. Lalu, pengunjung yang datang cukup ramai (walau tak sampai penuh sesak). Dan kebanyakan pengunjung yang datang adalah wanita, serta orang-orang yang bisa dibilang non-wibu.

Sesaat setelah masuk, hal yang saya lakukan adalah melihat sekitar. Di dekat pintu masuk ada photo booth (yang sayangnya saya tak coba karena tak ada teman), lalu di pintu keluar ada booth yang menjual makanan dan minuman (namun bangku dan meja yang disediakan agak sedikit). Lalu, area yang dipakai untuk Artket pun tak sebesar yang saya duga, jadi saya pikir saya bisa mengunjungi semuanya dalam beberapa jam.

Saatnya jajan!

Artket Merch

Artket Merch

Artket Merch

Artket Merch

Beberapa foto pernak-pernik yang ada di Artket 03.

Hampir setiap booth yang saya kunjungi, setidaknya saya membeli sekitar 3-6 stiker serta satu gantungan kunci. Pembayaran di tiap booth pun menerima cash serta QRIS. Kalau ditotal, di Artket kali ini saya menghabiskan sekitar 450 ribu Rupiah dari rencana awal sebesar 200 ribu Rupiah untuk membeli stiker dan gantungan kunci saja. Saya mengunjungi hampir semua booth selama kurang lebih dua jam.

Gelang Artket 03

Gelang Artket 03.

Kumpulan stiker

(Sedikit) oleh-oleh dari Artket.

Puas sekali rasanya datang dan belanja di Artket kali ini. Terima kasih banyak. Saya akan kembali lagi ke Artket berikutnya.

#Note #Artket

Di saat saya tak bisa tidur sekarang-sekarang ini, saya tiba-tiba kepikiran kembali, “seandainya saya punya laptop baru atau tablet baru, saya pasti lebih produktif,” lalu membayangkan saya bisa belajar online dengan dua laptop atau membaca e-book dengan tablet.

Tapi, apa iya saya bakal lebih produktif?

Sebelum ini, saya membeli sebuah buku kanji dengan pemikiran serupa: “kalau saya membeli buku kanji ini, saya bakal rajin belajar bahasa Jepang.”

Nyatanya, motivasi saya hanya bertahan beberapa hari saja, dan bukunya sekarang berada di atas meja, dipenuhi debu yang menumpuk.

Maka dari itu, setiap kali ada pemikiran “seandainya ada X, saya bakal lebih produktif,” saya akan biarkan saja. Jangan impulsif dengan beli barang-barang yang hanya membuat senang di awal. Mending uangnya ditabung.

#Note

Dua hari yang lalu (hari Senin pagi), pengumuman hasil JLPT Juli 2024 akhirnya dirilis.

Hasilnya, saya dinyatakan lulus JLPT N3!

Hasil JLPT N3

Screenshot hasil JLPT N3 saya.

Sebelum pengumuman dirilis, saya cukup percaya diri bisa lulus JLPT N3 dengan total skor di antara 100-120/180. Di bagian vocabulary dan grammar, saya percaya diri bisa dapat skor sekitar 30/60. Saya terbantu sekali di bagian grammar yang ternyata jauh lebih mudah dibandingkan saat mock test. Di bagian reading pun saya juga cukup percaya diri dapat skor di atas 25/60, karena saat tes saya sangat fokus sekali di bagian ini. Listening pun juga demikian. Walaupun agak tak fokus di bagian awal (yang justru merupakan bagian terpenting), saya bisa mengikuti sisanya. Saya yakin bisa dapat 40/60 di bagian ini.

Dan hasil pun keluar. Saya pun lulus dengan total skor yang memenuhi harapan saya. Di bagian vocabulary dan grammar, saya mendapatkan grade A. Lalu di bagian reading, saya mendapatkan skor sedikit lebih banyak daripada yang saya duga. Syukurlah. Sementara di listening, saya mendapatkan skor sesuai dengan target saya. Secara keseluruhan, saya puas dengan hasil yang saya dapat.

Apakah saya akan lanjut ke N2? Tentu saja, namun bukan di tahun ini. Karena N2 lebih rumit dibandingkan N3, saya butuh waktu persiapan yang tidak sedikit, belum lagi motivasi belajar saya yang terkadang naik-turun. Doakan saya agar saya bisa ambil N2 di bulan Juli tahun depan. Amin.

Sekian.

#Note #JLPT

Twenty-Four Eyes

Poster film Twenty-Four Eyes (1954).

⚠️ Tulisan di bawah ini mengandung spoiler film “Twenty-Four Eyes (1954).”

Film ini menceritakan kisah kehidupan seorang guru sekolah beserta keduabelas muridnya di antara tahun 1928 hingga tahun 1946, satu tahun setelah Perang Dunia Kedua berakhir.

Saat menonton film ini, memperhatikan seperti apa kehidupan masyarakat Jepang pada akhir tahun 1920-an, ternyata menarik juga. Hampir semua orang masih memakai yukata (atau kimono) dalam kesehariannya, lalu memakai sepeda dan memakai pakaian selain yukata masih dipandang negatif oleh orang-orang.

Saat menonton, saya juga sempat membandingkan kehidupan saya saat SD dulu dengan para anak-anak di film ini. Menonton film ini saya tersadar, zaman boleh berganti, namun setiap orang memiliki masalahnya masing-masing. Orangtua yang mengekang anaknya untuk melakukan hal yang mereka inginkan, lalu guru yang tidak boleh bicara sembarangan agar tidak dianggap melawan negara sendiri.

Saat mereka dewasa, ternyata kehidupan mereka tak seperti yang mereka inginkan saat kecil. Perang berkecamuk, lalu ada pula yang diasingkan oleh keluarga karena TBC, serta kehilangan orang yang disayangi kala perang.

Film ini merupakan salah satu film dengan tema guru dan murid yang rasanya patut untuk ditonton oleh semua kalangan usia.

Seingat saya, film ini diadaptasi dari novel dengan judul yang sama dan novelnya sudah ada dalam bahasa Indonesia. Lain kali kalau saya ke toko buku, saya akan cari dan membelinya.

#Movie #Review