ひとりワンルーム

Note

Hari ini, stiker Suica Tunaca yang saya pesan akhirnya sampai juga!

Tanpa pikir panjang, saya pun langsung buka bungkusnya dan pasang di kartu Flazz saya.

Kartu pembayaran elektronik dengan stiker Tunaca

Karena saya payah sekali pasang stiker, hasilnya jadi tak sempurna. Terdapat gelembung kecil serta kerutan pada stikernya. Yasudahlah, tak apa, yang penting masih terlihat lucu.

Terima kasih banyak, @lunaquete buat stikernya!

#Note

Halo! Apa kabar?

Semoga kalian baik-baik saja.

Di minggu kemarin, event yang saya datangi adalah Jak-Japan Matsuri edisi 2024, yang diadakan di Parkir Timur GBK Senayan, Jakarta. Event ini diadakan dua hari, di tanggal 14 dan 15 September 2024. Saya datang di hari kedua, tanggal 15 September di hari Minggu.

Terakhir kali saya ke event Jak-Japan Matsuri itu kalau tidak salah hampir 10 tahun yang lalu, kira-kira di tahun 2015. Tempatnya juga sama, di area Parkir Timur GBK Senayan. Hanya saja, kali ini saya pergi sendirian, tanpa teman.

Saya pergi ke Jak-Japan Matsuri dengan menaiki TransJakarta koridor 1 (arah Blok M), dan turun di halte Gelora Bung Karno. Dari situ, saya berjalan kaki melewati lapangan softball (yang punya pemandangan gedung pencakar langit Jakarta yang ciamik) dan Istora Senayan, sampai Parkir Timur (seandainya GBK ada Shuttle Bus dengan rute keliling kompleks...).

lalu, adakah yang berbeda Jak-Japan Matsuri yang saya datangi di tahun 2015 lalu dengan sekarang?

Pertama, hal signifikan yang saya rasakan dari event JJM kali ini adalah metode pembelian tiket masuk dengan non-cash, yaitu dengan menggunakan QRIS, kartu debit/kredit dari bank dalam negeri, serta kartu kredit keluaran luar negeri. Pengunjung tidak bisa membayar secara cash. Harga tiket masuk JJM edisi kali ini sebesar 51.100 Rupiah. Tak hanya metode pembayarannya yang non-cash, tiketnya pun juga berupa fail pdf yang dikirimkan ke email si pengunjung. Kalau yang kehabisan paket data sehingga tak bisa mengakses internet atau tak membawa kartu debit, bagaimana? Entahlah, mungkin bisa menumpang pengunjung lain.

Kedua, saya sudah tak ingat pasti JJM edisi saat tahun 2015 seperti apa, namun di edisi kali ini booth yang mempromosikan prefektur-prefektur di Jepang cukup banyak. Bisa jadi karena turis Indonesia yang pergi ke Jepang cukup banyak saat ini, jadi mereka ingin memperkenalkan prefektur-prefektur yang ada di Jepang kepada pengunjung. Mungkin ada sekitar 10 sampai 15 prefektur yang berpartisipasi di JJM kali ini. Saya mengunjungi kesemua booth-nya dan mengobrol dengan mereka dalam bahasa Jepang (dan sesekali bahasa Inggris). Saya mendapatkan banyak bingkisan, seperti stiker, brosur, hingga note memo.

JJM-1

Panggung Jak-Japan Matsuri 2024.

Di Jak-Japan Matsuri kali ini, selain mengunjungi booth promosi prefektur di Jepang, saya pun mengunjungi booth makanan dan minuman khas Jepang, serta menikmati acara musik. Yang saya ingat adalah di siang hari ada show yang dibawakan oleh IND48, dance cover pria untuk 48-grup di Indonesia. Asli, saya baru tahu ada grup ini. Lagu-lagu yang dibawakan mereka tentunya lagu-lagu dari JKT48. Yang menarik lagi, yang di atas panggung adalah IND48, namun suara vokal yang digunakan adalah suara vokal JKT48.

Cuaca pada hari kedua JJM cukup cerah dan panas. Sudah membeli lime juice dan takoyaki sekalipun tak bisa menghilangkan rasa lapar dan haus sama sekali. Pakai kipas (aka uchiwa) yang diberikan di pintu masuk pun masih terasa panas juga. Alhasil, pada pukul 14-15 saya pun meninggalkan acara. Saya hanya bertahan 3-4 jam di sana.

JJM-kipas

Kipas yang diberikan di Jak-Japan Matsuri edisi 2024.

JJM-lime juice dan takoyaki

Lime Juice dan Takoyaki yang saya pesan.

Apakah JJM kali ini menyenangkan? Yah, lumayan menyenangkan. Saya bisa kulineran serta mengobrol dengan para ekspat Jepang dengan menggunakan bahasa Jepang dan mengobrol banyak hal. Semoga Jak-Japan Matsuri tahun depan bisa lebih baik lagi.

Sekian.

#Note #JJM

Teruntuk para kreator dan artist,

Terima kasih banyak atas kebaikan kalian serta merchandise-merchandise yang kalian buat dan begitu menarik perhatian di Artket 03 kemarin.

Terima kasih banyak!

Sekadar saran untuk para kreator atau artist, kalau tidak merepotkan, bolehkah untuk acara-acara ke depannya kalian menaruh kartu nama kalian, atau setidaknya hal kecil seperti stiker atau stempel di kantong atau amplop belanjaan seperti ini?

Artket kartu nama

Artket stiker

Artket stempel kantong

Saya sangat senang sekali bisa dapat printilan kecil seperti ini. Saya jadi tahu kalian dan juga bisa follow kalian di sosial media dan melihat karya-karya kalian. Bahkan, hal sekecil ini bisa membuat saya menjadi pelanggan tetap kalian.

Buat kalian yang memberikan ini di belanjaan saya, terima kasih banyak!

Sampai ketemu lagi di acara berikutnya.

#Note #Artket

Halo! Apa kabar?

Semoga kalian baik-baik saja.

Di minggu ini, saya mengunjungi event bernama Artket (Art & Illustration Market). Seperti namanya, di event ini, puluhan, bahkan ratusan kreator atau artist berkumpul dan menjual merchandise atau karya-karya original mereka seperti stiker, pin, hingga poster dan pakaian. Event Artket kali ini adalah Artket edisi ketiga, dan diadakan di Brickhall at Fatmawati City Center

Ini kali pertama saya datang ke Artket.

Pengalaman saya ke event sejenis ini adalah Comifuro, itupun saat sebelum pandemi (circa 2018), jadi saya penasaran seperti apa event ini diadakan setelah pandemi. Rasa penasaran saya makin bertambah ketika melihat-lihat akun Instagram @artket.id yang mem-posting karya-karya apa saja yang akan dijual di Artket sejak bulan lalu, dan ternyata banyak yang menarik. Saking banyak yang menarik perhatian, saya pun sampai buat list apa saja yang harus saya beli di Artket kali ini.

Lalu, hari Artket pun tiba. Artket edisi kali ini diadakan dua hari, yaitu di tanggal 7 dan 8 September 2024. Saya datang di hari kedua (8 September), di hari Minggu.

Untuk ke sana, saya naik TransJakarta koridor 6A (atau 6B. Koridor 6 juga bisa) dan turun di halte Simpang Ragunan. Dari situ, saya sambung naik ojek online menuju Brickhall Fatmawati dengan tarif 10 ribu Rupiah.

Karena saya datang agak siang, jadi hampir tak ada antrian saat di depan pintu masuk (lucky!). Setiap pengunjung Artket yang ingin masuk dikenakan tarif sebesar 20 ribu Rupiah, dan setelah membayar pengunjung akan diberikan gelang Artket berwarna biru.

Artket-03

Papan Artket 03 di depan pintu masuk.

Setelah bayar tiket masuk dan diberikan gelang, saatnya masuk.

Kesan awal saya sesaat setelah masuk ke dalam Brickhall adalah suhu ruangannya yang nyaman. Tak panas, namun tak terlalu dingin. Lalu, pengunjung yang datang cukup ramai (walau tak sampai penuh sesak). Dan kebanyakan pengunjung yang datang adalah wanita, serta orang-orang yang bisa dibilang non-wibu.

Sesaat setelah masuk, hal yang saya lakukan adalah melihat sekitar. Di dekat pintu masuk ada photo booth (yang sayangnya saya tak coba karena tak ada teman), lalu di pintu keluar ada booth yang menjual makanan dan minuman (namun bangku dan meja yang disediakan agak sedikit). Lalu, area yang dipakai untuk Artket pun tak sebesar yang saya duga, jadi saya pikir saya bisa mengunjungi semuanya dalam beberapa jam.

Saatnya jajan!

Artket Merch

Artket Merch

Artket Merch

Artket Merch

Beberapa foto pernak-pernik yang ada di Artket 03.

Hampir setiap booth yang saya kunjungi, setidaknya saya membeli sekitar 3-6 stiker serta satu gantungan kunci. Pembayaran di tiap booth pun menerima cash serta QRIS. Kalau ditotal, di Artket kali ini saya menghabiskan sekitar 450 ribu Rupiah dari rencana awal sebesar 200 ribu Rupiah untuk membeli stiker dan gantungan kunci saja. Saya mengunjungi hampir semua booth selama kurang lebih dua jam.

Gelang Artket 03

Gelang Artket 03.

Kumpulan stiker

(Sedikit) oleh-oleh dari Artket.

Puas sekali rasanya datang dan belanja di Artket kali ini. Terima kasih banyak. Saya akan kembali lagi ke Artket berikutnya.

#Note #Artket

Di saat saya tak bisa tidur sekarang-sekarang ini, saya tiba-tiba kepikiran kembali, “seandainya saya punya laptop baru atau tablet baru, saya pasti lebih produktif,” lalu membayangkan saya bisa belajar online dengan dua laptop atau membaca e-book dengan tablet.

Tapi, apa iya saya bakal lebih produktif?

Sebelum ini, saya membeli sebuah buku kanji dengan pemikiran serupa: “kalau saya membeli buku kanji ini, saya bakal rajin belajar bahasa Jepang.”

Nyatanya, motivasi saya hanya bertahan beberapa hari saja, dan bukunya sekarang berada di atas meja, dipenuhi debu yang menumpuk.

Maka dari itu, setiap kali ada pemikiran “seandainya ada X, saya bakal lebih produktif,” saya akan biarkan saja. Jangan impulsif dengan beli barang-barang yang hanya membuat senang di awal. Mending uangnya ditabung.

#Note

Dua hari yang lalu (hari Senin pagi), pengumuman hasil JLPT Juli 2024 akhirnya dirilis.

Hasilnya, saya dinyatakan lulus JLPT N3!

Hasil JLPT N3

Screenshot hasil JLPT N3 saya.

Sebelum pengumuman dirilis, saya cukup percaya diri bisa lulus JLPT N3 dengan total skor di antara 100-120/180. Di bagian vocabulary dan grammar, saya percaya diri bisa dapat skor sekitar 30/60. Saya terbantu sekali di bagian grammar yang ternyata jauh lebih mudah dibandingkan saat mock test. Di bagian reading pun saya juga cukup percaya diri dapat skor di atas 25/60, karena saat tes saya sangat fokus sekali di bagian ini. Listening pun juga demikian. Walaupun agak tak fokus di bagian awal (yang justru merupakan bagian terpenting), saya bisa mengikuti sisanya. Saya yakin bisa dapat 40/60 di bagian ini.

Dan hasil pun keluar. Saya pun lulus dengan total skor yang memenuhi harapan saya. Di bagian vocabulary dan grammar, saya mendapatkan grade A. Lalu di bagian reading, saya mendapatkan skor sedikit lebih banyak daripada yang saya duga. Syukurlah. Sementara di listening, saya mendapatkan skor sesuai dengan target saya. Secara keseluruhan, saya puas dengan hasil yang saya dapat.

Apakah saya akan lanjut ke N2? Tentu saja, namun bukan di tahun ini. Karena N2 lebih rumit dibandingkan N3, saya butuh waktu persiapan yang tidak sedikit, belum lagi motivasi belajar saya yang terkadang naik-turun. Doakan saya agar saya bisa ambil N2 di bulan Juli tahun depan. Amin.

Sekian.

#Note #JLPT

Setelah belasan tahun belajar bahasa Jepang, akhirnya saya sampai di level N3.

Di level ini, saya dapat membaca manga seperti Yotsubato! (dalam bahasa Jepang, tentunya) tanpa (atau dengan sedikit) kesulitan, dan juga buku-buku yang ditujukan untuk siswa sekolah dasar. Untuk membaca buku seperti buku novel atau nonfiksi dalam bahasa Jepang, saya masih cukup kesulitan karena masih menemukan kanji atau vocabulary yang belum saya ketahui.

“Saya ingin sekali bisa membaca novel atau buku nonfiksi dalam bahasa Jepang.”

Karena tak ingin menunggu hingga saya naik level ke N2 atau N1 untuk bisa membaca buku tersebut, saya pun menantang diri saya. Terinspirasi dari Blog Inhae, saya pun memutuskan untuk membuat project kecil, yaitu mentranslasi sebuah buku dalam bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia.

Kenapa translasi buku? Dengan menerjemahkan sebuah buku, saya pun membiasakan diri untuk baca teks bahasa Jepang, mendapatkan huruf kanji atau vocabulary yang belum saya ketahui, lalu mempelajarinya. Setelah memilih-milih beberapa buku yang saya punya, saya pun memilih buku ini:

Ilse Sand's Book

Cover buku “Do You Miss Someone? How to heal a damaged relationship – or let it go,” karya Ilse Sand. Terjemahan bahasa Jepang.

Kenapa buku ini? Ada beberapa alasan. Pertama, buku ini sudah lama ada di rak buku saya (namun tak kunjung dibaca). Kedua, saya suka dengan buku-buku karya Ilse Sand, seperti Highly Sensitive People in an Insensitive World dan The Emotional Compass: How to Think Better about Your Feelings. Ketiga, buku ini tak ada dalam bahasa Inggris, jadi saya tertarik untuk baca dalam bahasa Jepang dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Saya belajar kata baru, mendapatkan ilmu yang belum saya ketahui, lalu hitung-hitung belajar translasi sekalian.

Setelah baca-baca sekilas, buku ini ditujukan oleh mereka yang telah mencapai N2 atau bahkan N1. Namun, apakah saya putus asa karenanya? Tidak sama sekali. Untungnya saat ini banyak alat bantu untuk menerjemahkan, seperti DeepL Translator atau Linguist, misalnya.

Saat menulis tulisan ini, saya sudah selesai menerjemahkan bagian kata pengantar. Saya menargetkan ke diri sendiri untuk membaca dan menerjemahkan satu halaman per hari. Pelan memang, namun tak apa. Yang penting saya senang melakukannya.

#Note

YeYe – ゆらゆら(Official Music Video)

Walaupun video musik di atas merupakan breakup song, namun saya justru lebih memperhatikan bagaimana kehidupan sang pameran perempuan yang terlihat sederhana.

Dan hal tersebut merupakan hal yang saya inginkan. Hidup sederhana dan damai.

Selama mendengarkan lagu ini, saya membayangkan diri saya dalam beberapa tahun ke depan dapat membeli sebuah unit apartemen jenis low rise, lalu menempatinya bersama pasangan dan anak, lalu hidup dalam damai bersama mereka.

Ingin sebetulnya beli rumah, namun rasanya hal tersebut sulit digapai kalau melihat kondisi saat ini, jadi saya menurunkan standar saya.

Semoga keinginan di atas bisa terwujud.

#Note

Tadi, ada kejadian menarik yang rasanya bisa untuk ditulis di sini, walaupun tulisan ini merupakan tulisan receh.

Sekitar jam 6 sore, saya pergi ke minimarket untuk membeli minuman soda dingin. Saya memutuskan membeli minuman tersebut karena cuaca sepanjang hari ini cukup panas dan saya ingin melepas dahaga dengan minum minuman manis yang ringan, bukan kopi yang dirasa cukup berat.

Saat berdiri di depan pintu minimarket, saya melihat perempuan berusia 20-an dengan hijab coklat muda berjalan keluar menuju pintu. Karena kebetulan, saya pun membukakan pintu untuknya sekalian. Ia pun berterima kasih dengan suara pelan, lalu pergi.

Setelah mengambil minuman soda yang saya inginkan, saya pun ke kasir untuk membayar. Di sana, terdapat dua orang yang kebetulan adalah ayah dan anak laki-laki lebih dulu datang dengan membawa sekeranjang penuh belanjaan. Saya pun antri di belakangnya, sambil memikirkan berapa lama saya harus menunggu, apalagi belanjaan ayah dan anak tersebut terbilang banyak. Tak disangka, ayah dari anak tersebut melihat saya dan barang belanjaan saya yang hanya sebotol minuman soda, lalu mempersilakan saya untuk membayar terlebih dahulu. “Terima kasih banyak,” kataku dalam hati.

Saat perjalanan pulang, saya terus terpikir kejadian tersebut, dan terpikir kalau kejadian tadi adalah satu kebaikan kecil yang langsung dibayar lunas oleh Tuhan.

Terima kasih banyak dan maafkan saya yang tak mengucapkan terima kasih secara langsung tadi.

#Note

Selama kalian hidup, pernakah kalian berada di situasi yang membuat kalian hampir kehilangan nyawa?

Saya pernah. Beberapa kali bahkan.

Yang pertama, saat SMA saya hampir dikeroyok oleh sekelompok anak STM saat pulang dari sekolah menuju ke rumah. Awalnya saya santai saat melihat kerumunan pelajar tersebut dari kejauhan. Begitu saya mulai mendekati mereka (karena kebetulan jalan yang saya tuju dekat dengan mereka), salah satu dari kerumunan tersebut menunjuk saya dan yang lain langsung mengejar saya. Ada yang bawa tongkat golf, gir motor yang diikat dengan ikat pinggang, dan batu. Melihat hal tersebut, saya lari sekencang-kencangnya kembali ke sekolah untuk berlindung. Sejak saat itu, saya tak pernah lagi jalan kaki sepulang sekolah dan memilih untuk naik angkot saja.

Kedua, ketika saya kuliah (circa 2012), saya dan adik saya hampir ditabrak oleh mobil kontainer dalam perjalanan menuju mal. Saat itu, saya dan adik hendak menuju ke mal di bilangan utara Jakarta.

Utara Jakarta, terutama sekitar pelabuhan, banyak sekali mobil berukuran besar berlalu-lalang dari pagi hingga malam. Saat itu siang hari, di akhir pekan yang cerah. Kondisi jalan cukup lancar. Saat itu, yang bertugas membawa motor saat itu adalah saya.

Singkat cerita, di tengah perjalanan, saya melewati jalan yang rusak dan motor saya oleng ke kiri karenanya. Di sebelah kiri, dengan tiba-tiba mobil kontainer tanpa muatan melewati saya dengan kecepatan tinggi. Jarak saya dengan mobil kontainer tersebut hanya beberapa jengkal saja. Betul-betul nyaris tergilas. Saya langsung menepi karena syok, lalu melanjutkan perjalanan tak lama kemudian. Dari kejadian ini, saya pun jadi jarang membawa motor, kecuali dalam keadaan terpaksa.

Ketiga, kejadiannya berada di Malaysia. Saat itu, bulan Februari 2014, saya berada dalam bus dalam perjalanan dari Kuala Lumpur, Malaysia menuju Singapura.

Saya berangkat dari Kuala Lumpur pada dini hari. Lalu, sekitar pukul 2:30 dini hari, bus yang saya kendarai oleng dan nyaris menabrak mobil yang ada di depannya. Karena panik, supir bus membanting stir ke kiri dan nyaris menabrak pembatas jalan. Saya (dan mungkin semua penumpang di dalamnya) syok karenanya. Bus yang saya naiki pun berhenti. Sang supir lantas mengecek sekeliling bus—luar serta dalam, untuk memastikan kondisi bus dan penumpang baik-baik saja, lalu kembali melanjutkan perjalanan.

Sebelum masuk checkpoint di Johor Bahru-Woodlands, bus saya berhenti di rest area dan saya pun turun sebentar untuk ke toilet. Saat di toilet, kaki saya gemetaran hebat ketika mengingat kejadian yang baru saja saya alami. Syukurlah, di pukul 5 saya sampai dengan selamat di Singapura dan langsung tepar setibanya di kamar hotel.

Begitulah beberapa kejadian 'hampir meninggal' saya selama hidup.

#Note